Bismillah.. Ahlan wa sahlan di Blog Q ,Kumpulan tentang semua tugas Teknologi Pendidikan ya disini tempatnya, Yang Baru yang selalu ditunggu Semoga dapat membawa manfaat...!!!
Terima Kasih Telah sudi mampir di blog saya semoga membawa maslahat,,,,,,,,,, ALAMAT: Trosobo Taman Sidoarjo Jawa Timur. Telp: 085731714992 email:saikhul.arif@gmail.com!!!

Merubah pola pikir dan cara pandang terhadap sampah

Oleh : Andi Aruji

Setiap aktifitas manusia selalu menghasilkan sampah, dan jumlah sampah sejajar dengan besarnya aktifitas manusia. Padahal setiap manusia selalu beraktifitas sebagai upaya untuk peningkatan dan mempertahankan hidup. Sampah merupakan barang dan pengelolaannya kian menjadi masalah yang mendesak di kota-kota di besar Indonesia, termasuk Surabaya. Sampai saat ini masih ada warga Surabaya memperlakukan sampah dengan dibuang begitu saja. Mereka belum memiliki kebiasaan memilah antara sampah kering dan basah. Pemerintah Kota Surabaya dalam konteks ini, sudah berupaya mengajak masyarakat memilah sampah dengan memasang kotak sampah berbeda warna di berbagai sudut jalan. Kampanye pemilahan sampah juga tak kurang dilakukan.

Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo menerima 1.283 ton sampah per hari. 12 persen diantaranya terdiri dari sampah plastik yang tak bisa terurai alam. Jumlah ini menurun dibandingkan periode 2007-2008. Pada kurun waktu itu, sampah yang ditampung TPA Benowo per hari mencapai 1.485 ton, 14 persennya adalah sampah plastik. Jika tidak mengubah teknologi pengelolaan sampahnya, dipastikan dalam 4-5 tahun mendatang, TPA Benowo tidak lagi mampu menampung sampah

Keadaan tersebut membuat kita prihatin, dan berupaya keras untuk segera mencari jalan keluar atas permasalahn sampah dengan mengubah pola pikir dan cara pandang terhadap sampah.

Masih tingginya volume sampah yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo menunjukkan bahwa program-program pengolahan sampah mandiri yang dilaksanakan oleh warga kota masih belum maksimal, masih perlu metode-metode lain yang harus diterapkan. Dalam pelaksanaannya masih belum menyeluruh, masih banyak warga kota yang belum melaksanakan pengolahan sampah mandiri.

Cita-cita kami adalah bagaimana 1.283 ton sampah per hari.itu tidak lagi dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo itu, tetapi sampah direduksi diolah di wilayah sumber sampah itu sendiri. Sehingga dikemudian hari tidak terdengar lagi ada banjir sampah di TPA, tidak terdengar lagi tercemarnya air tanah oleh air lindi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan langkah-langkah nyata yang bisa diaplikasikan di lapangan. Dengan upaya sebagai berikut :
- Menciptakan lingkungan terkecil, yaitu keluarga untuk bijak dalam penanganan sampah yaitu dengan menerapkan pengolahan sampah mandiri.
- Berperilaku sehat, dengan meminimalisir sumber sampah, sehingga dalam setiap aktifitas tidak menghasilkan sampah.
- Menularkan program pengolahan sampah mandiri yang telah dilaksanakan oleh keluarga tersebut ke lingkungan yang lebih besar yaitu lingkungan RT. Dengan mengajak seluruh warga RT untuk mengubah pola pikir dan cara pandang terhadap sampah dengan contoh-contoh yang dilaksanakan di keluarga.
- Dalam menularkan program pengolahan sampah mandiri melibatkan pengurus RT, sehingga program pengolahan sampah mandiri merupakan program RT yang harus dilaksanakan oleh warga.
- Sosialisasi juga memalui Pengurus RW, dengan membimbing teknis kepada para pengurus RT untuk melaksanakan prngolahan sampah mandiri.
- Mereduksi sampah di sumbernya yaitu di tingkat rumah tangga dengan komposter aerob dan ditingkat RW dengan mendirikan rumah kompos.

Upaya Pencapaian Program
- Melaksanakan program ini di keluarga.
- Memberikan contoh yang ada di keluarga untuk disosialisasikan ke Warga RT.
- Menjadi Pengurus RT, Pengurus RW sehingga sosialisasi ke RT dan RW dimasukkan ke Program RT dan RW.
- Menjadi Pengurus LKMK sehingga program pengolahan sampah mandiri menjadi program LKMK
- Merekrut anak-anak untuk menjadi DBS atau detektif Buang Sampah tujuannya adalah untuk menanamkan sejak dini pola hidup sehat terhadap anak-anak ( anggota DBS terlampir
- Mendirikan rumah kompos. Tujuannya adalah untuk mereduksi sampah di tempatnya dan sampah tidak akan keluar dari wilayah ini.




Cita-cita
Saya berkeinginan suatu ketika tidak ada lagi TPA-TPA benowo lagi, karena sampah 0 % direduksi di sumber sampah yaitu wilayah terkecil yaitu Keluarga, Wilayah Rt, Wilayah RW.



Bio Data

Nama : Andi Aruji
Alamat : Kebraon Indah Permai Blok G – ll Surabaya
Nomor Telepon :
Pengalaman organisasi :
- Sekretaris RT
- Sekretaris RW
- Sekretaris LKMK
- Seksi Lingkungan Hidup LKMK
.
-






















Langkah Kecil Ciptakan Perubahan : Percaya Pada
Kekuatan Komunitas
Oleh :
RW 13 Kelurahan Kebraon Kecamatan Karangpilang Surabaya

Sampah dan pengelolaannya kian menjadi masalah yang mendesak di kota-kota di besar Indonesia, termasuk Surabaya. Sampai saat ini masih ada warga Surabaya memperlakukan sampah dengan dibuang begitu saja. Mereka belum memiliki kebiasaan memilah antara sampah kering dan basah. Pemerintah Kota Surabaya dalam konteks ini, sudah berupaya mengajak masyarakat memilah sampah dengan memasang kotak sampah berbeda warna di berbagai sudut jalan. Kampanye pemilahan sampah juga tak kurang dilakukan.
Dalam sehari, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo menerima 1.283 ton sampah per hari. 12 persen diantaranya terdiri dari sampah plastik yang tak bisa terurai alam. Jumlah ini menurun dibandingkan periode 2007-2008. Pada kurun waktu itu, sampah yang ditampung TPA Benowo per hari mencapai 1.485 ton, 14 persennya adalah sampah plastik. Jika tidak mengubah teknologi pengelolaan sampahnya, dipastikan dalam 4-5 tahun mendatang, TPA Benowo tidak lagi mampu menampung sampah dari masyarakat.
Meskipun pemilahan sampah rumah tangga, menjadi tema utama kampanye program green & clean yang dikompetisikan tiap tahun, ternyata program ini tidak bisa menyeluruh dilakukan di semua komunitas penduduk. Beberapa perumahan dengan tingkat kekompakan warga yang tinggilah yang selama ini baru bisa melakukannya. Di kawasan lain terutama kawasan perumahan elite, program itu belum bisa dijalankan. Bahkan, masih ada peserta lomba green and clean yang berorientasi mengejar kemenangan semata. Beragam cara instan dilakukan, menyulap lingkungannya dengan membeli sebanyak mungkin bunga dan tong sampah.
Membangun kesadaran memang butuh waktu. Tidak heran jika sampai saat ini dampak kampanye belum terasa. Bahkan, di area publik seperti terminal bus Purabaya, stasiun kereta api, atau rumah sakit, masih mudah menemukan orang membuang sampah sembarangan. Di jalan-jalan lebih mudah lagi melihat orang membuang sampah dari mobil berharga ratusan juta rupiah.
Upaya Mewujudkan Kampung Berbunga, Hijau, & Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas
Paradigma pengelolaan persampahan telah berubah dari pendekatan hilir (end pipe) menjadi pendekatan sumber. Mengurangi timbulan sampah adalah cara terbaik dalam menangani sampah. Untuk itu, keterlibatan masyarakat menjadi suatu keniscayaan.
Masalah sampah sangat terkait dengan perilaku warga dalam memperlakukan sampah. Dengan demikian dalam pengelolaan sampah perlu dikelola sampah dan warga kota Surabaya. Untuk itulah, penulis mengajukan beberapa pemikiran yang diharapkan bisa mengentaskan persoalan sampah minimal di lingkungan RW. Pemikiran ini sebagian sudah dijalankan di RW 13 Kelurahan Kebraon, dan sebagian lagi baru pada tahap perencanaan.
Pertama, Pembentukan Jaringan Keluarga Peduli Lingkungan, melalui program pemberdayaan perempuan dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Meliputi : Program Keluarga Peduli Lingkungan/KPL, terdiri dari; Pemilahan dan pengomposan sampah skala rumah tangga (aplikasi modifikasi Takakura home method & komposter Aerob), Budidaya tanaman obat keluarga (TOGA) skala rumah tangga secara organik, Kampanye keluarga peduli lingkungan (pemasangan stiker/tanda keluarga peduli lingkungan, distribusi booklet/brosur, kunjungan lapangan. Mekanisme KPL, terdiri dari; sosialisasi program, pembentukan tim kader kompos/TKK, Strategi pengembangan KPL berupa Pengomposan berantai/ MLC (Multi Level Composting),
Kedua, Pendirian Wisma Penampungan Sampah Kering (PSK) di Tiap RT. Fungsi PSK ini sebagai tempat pengumpulan dan pemilahan sampah kering dari tiap rumah tangga. Setiap minggu sekali, terdapat petugas di tiap RT yang mengambil sampah kering ini. Di PSK tersebut, sampah kering dipilah sesuai jenisnya, dihitung dan ditimbang serta dicatat dalam buku jurnal. Untuk sampah kering seperti sampah plastik, kertas dan logam perlu pemilahan. Para pengepul membeli sampah plastik botol kemasan/ kg Rp 2.000,- kantong plastik/ kg Rp 400.-, kertas koran serta HVS Rp 1000,-/ kg, kerdus serta jenis kertas lain Rp 700,-. Logam, kaca dibeli dengan harga Rp 500,-/kg.
Ketiga, Rencana Pendirian Pusat Pengelolaan Sampah (PPS). RW 13 Kelurahan Kebraon dalam Musrenbang 2010, mengusulkan pemanfaatan Bekas Tanah Kas Desa (BTKD) untuk didirikan bangunan terpadu sebagai Pusat Pengelolaan Sampah (PPS). Di PPS direncanakan pembangunan Depo Pengolahan Sampah (Eco center), meliputi: Komponen teknis, terdiri dari; area pengomposan (bangunan beratap tertutup), instalasi pengolahan limbah cair (Anaerobic Baffled Reactor/ABR), instalasi air bersih/sumur bor. Kompos yang dihasilkan di PPS bisa dijual dengan harga lebih murah dari pasaran kepada masyarakat.
Selain itu, PPS juga akan menjadi tempat produksi kerajinan berbahan daur ulang. Material atau bahan dasar pembuatannya, bisa didapatkan dari warga dengan cara membelinya atau sebagai sumbangan warga. PPS juga akan mengadakan kursus pembuatan kerajinan daur ulang dan kerajinan dari bahan eceng gondok (yang mudah didapatkan di sekitar area waduk yang berdekatan lokasinya dengan RW 13 Kebraon).
PPS juga akan menampung tanaman bunga maupun pohon produktif (mangga, teh rosela, jeruk, TOGA) yang dikumpulkan dari warga sebagai realisasi program Saji Sapo (Satu Jiwa Satu Pohon). Tidak menutup kemungkinan, di PPS akan diciptakan area persawahan, perkebunan, peternakan, dan kolam ikan mini untuk tujuan wisata edukasi. Bagi anak-anak seusia Play Group, TK atau SD bisa belajar bercocok tanam, mengenal jenis tanaman TOGA atau bunga, memberi makan ikan, atau memanen tanaman di kebun mini tersebut.
Keempat, Pembuatan Aturan Lokal. Salah satu upaya untuk mengubah kebiasaan dan mendisiplinkan warga agar membuang sampah di tempat sampah, bisa dilakukan dengan peraturan setingkat RW, misalnya :
 Aturan Denda bagi Pembuang Sampah Sembarangan
Berdasarkan Perda No.4 tahun 2000 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan diatur tentang ancaman pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) bagi pembuang sampah sembarangan. Sayangnya, penegakan aturan (law enforcement) di dalam Perda tersebut masih lemah. Belum pernah ada orang dihukum dengan aturan itu. Bisa jadi karena besaran denda yang dirasa memberatkan, sehingga persepsi bagi orang yang suka membuang sampah sembarangan, akan lebih suka untuk menjalani hukuman kurungan. Sambil menunggu adanya Perda khusus tentang persampahan di Surabaya, di tingkatan RW bisa ditetapkan aturan lokal bagi pembuang sampah sembarangan. Misalnya aturan denda sebesar Rp. 100.000. Jika pelanggar tersebut mengulangi perbuatannya, maka besaran denda meningkat dua kali lipat menjadi Rp. 200.000 dan seterusnya dikalikan dua kali lipat, jika pelanggaran terus dilakukan oleh orang yang sama. Pihak pengawas atas penegakan aturan ini tentu saja seluruh warga di lingkungan RW tersebut. Selain memberikan efek jera, menciptakan rasa malu jika melakukan pelanggaran, mendisiplinkan dan proses pembelajaran kebiasaan membuang sampah ke tempat yang telah disediakan.
 Larangan Membakar Sampah
Kita masih banyak melihat pembakaran sampah dipekarangan rumah rumah tangga setiap hari, dan ini kelihatannya merupakan hal yang biasa. Didalam jangka waktu yang pendek, kelihatannya cara ini lebih praktis dan lebih mengirit, ketimbang harus menjalankan proses daur ulang yang panjang. Jika sampah kering masih dibakar secara manual tanpa dipilah terlebih dahulu, maka akan menyebabkan polusi udara, mengakibatkan sakit gangguan pernafasan (astma dan paru paru), dan bisa menjadi penyumbang global warming. Asap pembakaran sampah ini (catat: dari satu rumah tangga) menghasilkan racun udara dioksin dan furan .
Kelima, Program Klinik Sampah dan Kampanye Publik. Pengelolaan sampah tidak berhenti dari sistem pengumpulan limbah yang profesional, pembelajaran tentang pemilahan dan pengolahan sampah, bisa dilakukan lewat kampanye publik ke lingkungan sekitar RW dan ke semua segmen. Program pendidikan lingkungan ini terutama bisa ditujukan kepada kader lingkungan remaja dan anak-anak. Berbagai media didesiminasikan, antara lain melalui penyebaran brosur, pemasangan poster dan banner, pembuatan buletin KPK (Kampung Penuh Kembang).

Sedangkan pada program Klinik Sampah, anak-anak diajari cara pemilahan sampah, pengomposan dengan metode keranjang takakura atau komposter aerob, membuat kerajinan dari bahan daur ulang, belajar menulis cerita bertema lingkungan, atau menjadikan mereka sebagai Detektif Bersihkan Sampah (DBS) yang mengawasi dan mengingatkan jika ada warga yang membuang sampah sembarangan.
Keenam, Pengembangan Lahan Pembibitan Tananam Hias dan Tanaman Produktif. Di masing-masing RT diwajibkan memberfayakan lahan yang ada untuk area pembibitan. Hasilnya diberikan ke warga untuk ditanam dan dirawat di rumahnya masing-masing.
Ketujuh, Menciptakan Kampung Wisata berbasisi potensi lokal. Rencana program ini sedang disusun antara RW 13 dengan pihak Kelurahan Kebraon dan akan dikoordinasikan dengan pihak Jasa Tirta Pemprov Jatim (yang mengelola waduk Kedurus). Kampung Wisata ini diharapkan mampu menggairahkan potensi ekonomi lokal yang ada di Kebraon. Tujuan wisata meliputi waduk Kedurus, PPS, sentra kerajinan daur ulang dan eceng gondok, serta pasar jajanan (yang berada di beberapa RW). Wisatawan diharapkan bisa menikmati paket-paket wisata yang ditawarkan antara lain :
 Wisata handicraft : Di PPS wisatawan bisa mengkonsumsi dan berlatih membuat kerajinan berbahan daur ulang & enceng gondok, serta kerajinan miniatur kapal.
 Wisata edukasi : di PPS anak-anak belajar bercocok tanam dan beternak
 Wisata waduk : naik perahu mengelilingi waduk, memancing, atau belajar bermain ski air (jika memungkinkan)
 Wisata Kuliner : Wisatawan bisa menikmati kuliner di warung atau rumah makan yang didirikan dan dikelola PKK, LKMK dan Karang Taruna. Selain itu, di sepanjang pinggir waduk dihijaukan dan ditanam berbagai bunga. Juga disediakan berbagai sarana permainan bagi anak-anak. Selain itu juga didirikan panggung (stage) yang dapat diggunakan sebagai pertunjukkan kesenian. Pada malam hari, diadakan live musik, tari tradisional, sulap, maupun peragaan busana (hasil dari kerajinan berbahan daur ulang dan batik).


Prestasi RW 13 Kelurahan Kebraon
Tahun 2010 :
1. Juara I Lomba Berpikir Kritis Mensukseskan Program Green dan Clean Pemkot Surabaya Antar Ketua RW se-Surabaya dalam rangka Dies Natalis ke-29 Universitas Wijaya Kusuma (UWK) Surabaya (Juli)
2. Juara I dan Harapan II Lomba Busana Luwes dalam rangka Hari Kartini Tingkat Kelurahan Kebraon (April)
3. Juara III Lomba Masak Mie Burung Dara dalam rangka Road Show LCKA 2010 di Lapangan Pertokoan Kartika Niaga Kebraon (Maret)
4. Juara III Lomba Jula-Juli dalam rangka Road Show LCKA 2010 di Lapangan Pertokoan Kartika Niaga Kebraon (Maret)

Tahun 2009 :
1. 42 Besar lomba Kampung Berbunga dan peraih penghargaan kategori “Partisipasi Aktif Warga” yang diselenggarakan oleh PT Unilever, Jawa Pos, dan Pemkot Surabaya (Desember)
2. Juara II Lomba Yel-Yel Kampung Berbunga antar wilayah se-Surabaya dalam acara penobatan juara Kampung Berbunga di Gedung Jatim Expo Surabaya (Desember)
3. Juara I (RT 3) dan Juara III (RT 5) Lomba Lingkungan Bebas Narkoba Tingkat Kelurahan yang diselenggarakan FKPM Kelurahan Kebraon (Nopember)
4. Juara III Lomba Patrol yang diselenggarakan FKPM Kelurahan Kebraon (Desember)
5. Juara III Bumantik (Ibu Pemantau Jentik) tingkat Kota Surabaya (Juni)
6. Juara II Lomba Karaoke dalam rangka Hari Kartini 2009 oleh PKK Kelurahan Kebraon (April)

Tahun 2008 :
1. Juara I Simulasi Gender Tingkat Kelurahan Kebraon dalam rangka Hari Kartini (April)
2. Juara II Lomba Merangkai Bunga berbahan daur ulang dalam rangka hari Ibu PKK Kelurahan Kebraon (Desember)
3. Juara II Volley Putra Peringatan 17 Agustus Tingkat Kelurahan Kebraon (Agustus)
4. Juara I Tennis Meja Putra Peringatan 17 Agustus Tingkat Kelurahan Kebaron (Agustus)

Tahun 2007
1. Juara II Lomba Lingkungan Antar RW Tingkat Kelurahan Kebraon (diwakili RT 3) (Agustus)
2. Juara III Tennis Meja Putra Peringatan 17 Agustus Tingkat Kelurahan Kebaron (Agustus)
3. Juara III Volley Putri Peringatan 17 Agustus Tingkat Kelurahan Kebraon (Agustus)
Demikian proposal yang diajukan oleh RW 13 Kelurahan Kebraon dalam rangka Lomba Surabaya Berwarna, Bunga Green and Clean 2010. Semoga dapat mewarnai dan memberi manfaat bagi terciptanya kampung yang bersih, berbunga, dan menumbuhkan partisipasi aktif warga di lingkungannya, seperti yang menjadi tujuan event lomba ini. Terima kasih.

Ngecat omah ambek cat amco
Ben resik ditontok ati dadi padang
Olah sampah ojok semoyo mengko-mengko
Isok dadi duit, lingkungan kebak kembang
.

Surabaya, 15 Oktober 2010



Yayan Sakti Suryandaru
Ketua RW 13 Kebraon

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Merubah pola pikir dan cara pandang terhadap sampah"

Posting Komentar